Behari-hari saya menunggu panggilan MosesLake. Apakah keadaannya semalam, hari ini dan hari esok. Bolehkah MosesLake menenangkan dirinya. Bersabar dengan apa yang dilaluinya. Berdoa memohon pemiliharaan Allah. Bukankah itu yang selalu dilakukannya. Saya sudah bersedia untuk menemui MosesLake hari ini. Apa pun keadaannya, saya tetap seperti dulu. Pembantu dan penyokongnya.
Pertemuan saya dengan MosesLake terjadi akhirnya. Kami berdakapan seerat-eratnya. Air mata MosesLake mengalir deras membasahi bahu saya. Saya terus saja memeluk dan menepuk-nepuk perlahan bahunya. Memintanya bersabar. Tabah. Rupa-rupanya kata-kata saya itu tidak memberi bekas. Apa yang saya ucapkan seperti tidak didengarinya langsung. Kenapa dengan MosesLake ni?
Setelah MosesLake melepaskan dakapannya, saya tercari-cari sapu tangan untuk mengesat mata saya yang tiba-tiba saja berasa pedih. Sudah lama kami tidak melalui saat seperti ini. Sejak pemergian bonda MosesLake.
Kami duduk berhadapan tanpa berkata-kata. Suasana sungguh hening. Senyap dan sunyi.